Sabtu, 29 Agustus 2015

Bukan “Engkol”, Juga bukan “Baleemak”, tetapi Suatu Kebanggaan Dan Pesan



               Kata “Engkol” merupakan istilah yang digunakan Masyarakat Medan untuk Memuji Seseorang secara berlebihan didepan orang Banyak yang lazimnya disampaikan dalam Forum besar dalam suatu kata sambutan dengan maksud agar Si “Pengengkol” dapat lebih dekat dengan Si penerima “Engkolan”. Biasanya Engkolan ini diberikan kepada Seseorang yang memiliki Jabatan lebih tinggi darinya, memiliki Pengaruh kuat dimasyarakat, ataupun “Wong Sugi”. Selain Engkol masyarakat Medan juga Memiliki Istilah lain untuk memuji orang dengan Sedikit berlebihan yaitu dengan Istilah “Balemak”, Seperti Halnya Makanan semakin berlemak Semakin Nikmat rasanya. Istilah ini juga trend dimasyarakt Medan untuk memberikan Suatu pujian atau sanjungan yang berlebihan terhadap seseorang guna menarik Simpati dan menjalin kedekatan yang lebih erat, walaupun didalam nya masih ada “Udang Dibalik Mie Aceh”

               Kedua istilah  tersebut awal kali Saya dengar dari Senior saya Di Kampus dan Organisasi yaitu Guru Besar saya Muhammad Shareza Hafiz, S.E. yang saat ini Sedang Berjuang Menempuh Program Pasca Sarjananya Di UGM Yokyakarta, guru besar saya inilah yang memperkenalkan kata “Balemak” pertama kali kepada saya ketika Saya masih menjadi Pengurus di IMM Komisariat Fakultas Ekonomi UMSU Periode Amaliah (P.A) 2013-2014. Sedangkan istilah “Engkol” pertama Kali saya dengar Dari Guru “Kepribadian” saya Sarin Sirait, S.E. saat Pelantikan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara (PWPM SUMUT) P.A 2014-2018. Yang ketika itu dihadiri oleh berbagai Kalangan dengan Segudang Gelar dan jabatan, Salah satu diantaranya adalah Plt. Gubernur Tengku Ery Nurdin. Istilah Engkol ini tercetus ketika setiap kata sambutan dari tokoh yang memberikan kata sambutan dipodium memberikan Pujian dengan berlebihan disertai Maksud yang diinginkan dari si pengengkol.

               Ada-ada saja memang istilah yang diberikan warga Kota kelahiran ku tercinta ini, Namun begitu dalam prosesi Pelantikan PWPM SUMUT tersebut Engkolan yang diberikan bermaksud Positif, yaitu untuk tetap terjalin Hubungan baik antara Eksekutif maupun Legislatif dengan Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah serta Ortom lainnya, Guna “Meruncingkan” Dakwah Islam yang Puritan dimana Pemerintah Dan Dewan sebagai rekan kerja yang Komperhenship. Menurut my Brother Rizky Hamdani, S.E., Ak. Yang tengah melanjutkan Program Pasca Sarjana Di UII Yogyakarta engkol dan balemak adalah ciri Khas dari aktivis Sumut dan sudah menjadi identitas dari aktivis asal Sumut terutama Medan.

               Pemuda Muhammadiyah Merupakan Organisasi Otonom dari Muhammadiya, yang memiliki Struktur Organisasi Mulai Dari Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting. Organisasi Ini Pertama kali diresmikan Pada Tanggal 26 Dzulhijjah 1350 Hijjriyah bertepatan pada tanggal 02 mei 1932 Masehi.  Tujuan Didirikannya Pemuda Muhammadiyah adalah menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta meningkatkan perannya sebagai  kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah (AD/ART Pemuda Muhammadiyah). Sangat mulia Tujuan Pemuda Muhammadiyah tersebut, namun sayang masih banyak dari Para kader Pemuda Muhammadiyah yang masih buta akan kehadirannya didalam tubuh Pemuda Muhammadiyah itu untuk apa ?, sebagian besar dari mereka tidak tahu apa yang akan diperjuangkannya, dan banyak dari mereka yang mengInterprestasikan dirinya hanya sebatas Basis Massa yang mengikuti apa kata Katuanya saja, yang penting “Arahannya” Jelas.

               Basis Massa yang banyak tentu akan sangat berdampak terhadap suatu gerakan di Organisasi manapun. Sehingga Makin banyak Massanya maka diperlukan tangan “Nahkoda” yang terampil guna mewujudkan cita-cita Organisasi. Tetapi terkadang Basis massa yang perlu dibina ini justru diarahkan terhadap Politik praktis yang Pragmatis. Sehingga banyak Kader-kader saat ini yang makin kebelinger. Padahal sudah jelas dalam Khittah Muhammadiyah Tahun 1971 atau yang terkenal Khittah ujung pandang pada Point pertama cukup jelas menyatakan “Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal Dalam bidang Kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan Organisatoris dengan dan tidak merupakan Afiliasi dari Sesuatu Partai Politik dan Organisasi Apapun”. Kalau lah Sudah Organisasi Induk merumuskan maka Organisasi Otonom harus Sami’na wa atho’na.

               Dalam Kepengurusan yang baru di Tubuh Pemuda Muhammadiyah Sumut, Saya Pribadi Menaruh Harapan Besar kepada Kakanda M. Basir Hasibuan, M.Pd Selaku Ketua beserta ke 25 Jajaran Pimpinan yang lain untuk dapat menghimpun, membina dan menggerakan Kader dari Daerah Sampai dengan Ranting dalam Bingkai Dakwah yang Humanis serta menyejukkan. Mensosialisasikan Maksud dan Tujuan dari Pemuda Muhammadiyah itu sendiri, Sehingga Visi yang dibangun dalam Periode kepemimpinan Kakanda M. Basir Hasibuan dapat dicerna. Sehinnga tercipta Misi yang Baik dan Sistemtis untuk pecapainnya.

               M. Basir Hasibuan, Pertama kali saya kenal Ketika Saya Baitul Arqam Dasar (BAD) PDPM (Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah) Kota Medan tahun 2013 diAsrama Haji medan. Sosok yang Ramah, Religius, Visioner dan Santun serta “Mapan” Dalam Berpikir. Saat itu Beliau adalah Master Of Traning (MOT) dalam Kegiatan Pengkaderan tersebut. berbagai ilmu tentang Bagaimana Pergerakan Dakwah Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah Serta Angkatan Muda Muhammadiyah  saya dapati darinya. Selanjutnya Kami Berjumpa lagi ketika saya melanjutkan Jenjang pengkaderan di Pemuda Muhammadiyah yaitu BAM (Baitul Arqam madiyah) PWPM Sumut tahun 2015 Di Kisaran. lagi-lagi beliau Menjadi MOT di pengkaderan tersebut, hal ini memudahkan Saya untuk mencuri ilmu tentang keinstrukturan dari beliau. Beliau ketika itu masih Menjabat Sebagai wakil Ketua Kaderisasi, hampir Disetiap kegiatan yang berbau dengan Pengkaderan pasti beliau turun langsung walaupun itu jauh dari tempat tinggalnya, hal ini kalau dicermati secara dalam bahwa Dalam diri Beliau terdapat Ruhul Ikhlas dan Ruhul Jihad yang mana semua itu disandarkan kepada keRidhoan Allah Swt.  Inilah ilmu yang Syukur Alhamdulillah dapat saya curi, Ilmu yang diam-diam saya rampas dapat saya Aplikasikan dengan baik dikegiatan-kegiatan PK IMM FE UMSU yang berbau dengan Pemantapan Pasca Pengkaderan dan Alhamdulillah Hasilnya Sangat Positif terhadap Peserta yang Kami kelola.

               Menjelang MUSYWIL PWPM SUMUT di Sidempuan, jujur saja saya tidak mengetahui Bahwa beliau menjadi salah satu kandidat Calon Ketua PWPM SUMUT. Sampai pada Akhirnya terdengar kabar dari Arena MUSYWIL tersebut bahwa Beliau lah Yang Ditunjuk sebagai Ketua dari Mayoritas Formatur. Pada Saat itu saya terkejut dan tidak menyangka bahwa beliau Ketua terpilih. Anehnya Ketika BAM PWPM Sumut di Kisaran selama 3 hari, beliau tidak ada menyingung maupun berkampanye untuk memilihnya Sebagai Ketua di MUSYWIL, padahal kalau dilihat dalam Forum BAM dikisaran terdapat peserta yang didelegasikan dari PDPM di seluruh SUMUT yang cukup banyak jumlahnya. tentunya berbeda sekali dengan rekan-rekan kandidat Calon ketua yang sudah berkampanye dengan team nya yang sudah heboh di Medsos. Dalam hal inilah saya menilai bahwa Kakanda Basir Hasibuan dapat berkerja secara Propesional dan Amanah.

               Kakanda Basir Hasibuan ketika baru terpilih dengan sigap melakukan gerakan Dakwah Bil Hal secara kongkret dengan memberikan Bantuan kepada para Pengungsi Sinabung dan Pengungsi Rohingya. Bukan hanya itu saja ketika kegiatan Pengkaderan BAD PDPM kota medan di PCPM tanjung sari beliau turun langsung untuk membina para Calon kader, padahal kalau dilihat beliau baru saja terpilih menjadi ketua yang seyogyanya hanya menginstruksikan namun beliau memilih terjun langsung untuk membentuk kader-kader yang militan sesuai dengan kebutuhan Dakwah Pemuda Muhammadiyah Sumut. Agaknya hal tersebut membuatku memandangnya sebagai sosok Revolusioner dalam Tubuh Pemuda Muhammadiyah Sumut, yang mana dalam hal ini saya akan mengutip kata-kata dari Tan Malaka ketika bertemu Sun yat Sen, dalam buku Dari Balik Penjara Dan Pengasingan karya Badruddin, “Berjumpa dengan revolusioner besar Rusia adalah hal yang biasa. Tetapi, berjumpa Revolusioner besar di Asia adalah hal yang istimewa, kerena revolusioner sejati yang jaya dikawasan ini jumlahnya sangat sedikit”(Tan Malaka, 1923). Jadi ketika saya bertemu kakanda Basir hasibuan agaknya secara Subtansial sama namun secara Kontekstual sedikit berbeda. Tetapi perlu dicatat saya bukan BerIdeologi Seperti Tan Malaka, Ideologi saya Tetap Ideologi Muhammadiyah.

               Dalam tulisan ini juga saya ingin kembali membangkitkan Pesan dari pada ayah “Ideologis” dari pada seluruh Kader Pemuda Muhammadiyah yaitu K.H. Ahmad Dahlan yang saya kutip dari kata pengantar dari Dr. Haedar Nasir di buku IDEOLOGI DAN STRATEGI MUHAMMADIYAH karya Drs. H. Hamdan Hambali. Pesan K.H ahmad dahlan yang disampaikan oleh Nyai Dahlan yang sedang terbaring lemah kepada para Konsul yang mengunjunginya ditengah Sidang Tanwir, pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mana KH Ahmad Dahan Berpesan bahwa :

  1. Hendaknya kamu jangan sekali-kali menduakan pandangan Muhammadiyah dengan perkumpulan lain
  2. Jangan Sentimen, jangan Sakit hati, kalau menerima celaan dan kritikan
  3.  Jangan Sombong, jangan besar hati, kalau menerima pujiaan
  4.  jangan jubriyah (ngujub-kibir-riya)
  5. Dengan ikhlas murni hatinya, kalau sedang berkembang harta benda, pikiran dan tenaga
  6. Harus bersungguh-sungguh hati dan tetap tegak pendiriannya (jangan was-was)

Dalam Tulisan ini juga saya ingin menyampaikan kutipan dari buku Hari-hari Kritis Amien Rais karya Soeparno S. ady. Ketika dalam momen Muktamar 1 abad Muhammadiyah di Yogyakarta, Amien Rais berkata “Tantangan yang tidak ringan, karena ada tuntunan multidimensi. Persyarikatan bukan saja diamanahi ikut mengarahkan serta mewarnai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tetapi juga dituntut eksis berkiprah dalam kehidupan sosilal keagamaan pada tataran regional dan Global”(Amien Rais,2010)

               Dua pesan dari lintas generasi yang berbeda mungkin dapat menjadi masukan untuk mempertajam Visi dan Gerakan dakwah dari pada Pimpinan Wilayah yang baru saja dilantik. Sehinnga wajah baru dari PWPM SUMUT adalah murni semangat Jihad dan Perbaikan Moral, yang mana Dalam hal ini Pemuda muhammadiyah lah menjadi garda terdepan dalam memberikan asupan Moral kepada Seluruh Lapisan Masyarakat terutama Kaula muda di sumatera utara sesuai dengan Tema plantikan PWPM sumut yang Dikomandoi oleh kakanda Basir Hasibuan. Mungkin sangat sulit gerkan ini dilakukan ditengah Degradasi Moral dari berbagai Penjuru, Kalau mengikuti Pesan dari dua tokoh diatas pasti bisa. Apa lagi kalau mengikuti dari pada Pesan Buya Goodwill Zubeir pada saat Plantikan PWPM SUMUT 2014-2018 di madan Hotel yaitu “dalam Muhammadiyah harus memiliki Sifat : 1. Cepat maaf lambat marah, jangan cepat marah lambat memaafkan. 2. Tinngi Budi Rendah Hati, jangan Tingi Budi Rendah Hati. 3. Otak pikir, hati zikir, dan Tangan Terampil. Jangan tangan terampil, otak berpikir, hati tak zikir.

               Dalam tulisan ini bukan saya mau menggurui Para Kakanda Sekalian, atau mencoba menasehati kepada yang lebih tua yang tahu rasa Garam dan Asam Kehidupan di Persyarikatan maupun di Pemuda muhammadiyah. Pesan-pesan yang saya angkat dari tokoh-tokoh tersebut adalah Murni berupa masukan untuk perbaikan PWPM SUMUT kedepannya. Dan tentunya Harapan saya selaku Kader Pemuda Muhammadiyah adalah benar-benar menjaga Amanah untuk semua Pimpinan yang ada. Sehingga tidak terdengar mereka yang menjabat disana hanya ingin numpang nama dan Ditempatkan di salah satu Amal Usaha yang subur. Mari kita bangun Semangat Jihad, Semangat gotong Royong dan Berfastabhiqul Khairat untuk Sumut Berkemajuan.

               Sebelum saya Akhiri tulisan ini, ada kutipan menarik untuk dibaca serta renungan untuk kita semua dari Sang Proklamator Tercinta yang mana dapat kit baca diCover Buku Marhaenis Muhammadiyah karya Abdul Munir Mulkan. Sang Proklamtor Berkata “Islam yang kita Catut dari kalam Ilahi dan Sunnah bukan apinya, bukan nyalanya, tapi Abunya, Debunya... Ach, yaa Asapnya, Abunya yang berupa celak mata dan surban, abunya yang bisanya Cuma baca Fatihah dan Tahlil, bukan apinya yang menyala-nyala dari ujung zaman satu ke ujung zaman yang lain” (Soekarno.1940)
         
Semoga Amanah yang diemban dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya kepada Kepengurusan PWPM SUMUT yang Dinakodai Kakanda Basir Hasibuan untuk masa empat tahun kedepan. Semoga SUMUT berkemajuan dari gerakan Jihad untuk meningkatkan Moral dapat tercapai dengan sebaik-baiknya dan menjadi Prestasi untuk Kader Pemuda Muhammadiyah. Mohon maaf jika ada tulisan saya yang menyakiti atau membuat marah pembacanya. 

fastabhiqul Khairat...

2 komentar:

  1. pas pas pas...
    but, diantara tokoh besar mengapa nama saya tidak ada?
    haha...salam engkol dan belemak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Engkau tokoh besar yang masih diproses waktu itu adinda.

      Hapus