a.
Pengertian
Struktur modal
Salah
satu hal yang penting dalam perusahaan adalah hal yang berkaitan dengan dana
adalah modal. Modal merupakan hal yang utama dalam pertumbuhan suatu perusahaan
sebab semakin besar modal mempengaruhi besarnya operasional perusahaan yang
mana juga mempengaruhi tingkat penjualan. Struktur modal perusahaan merupakan
komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya
modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya
modal berupa deviden. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah
biayanya di antara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Komposisi
hutang dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan
sebaliknya
Menurut Agus Sartono (2010, hal.224) menyatakan bahwa
: “Struktur modal adalah merupakan Perimbangan jumlah utang jangka pendek yang
bersifat permanen, utang jangka panjang, saham Preferen dan saham biasa”.
Menurut
Bambang Riyanto (2010, hal.297) menyatakan bahwa :
“Struktur
modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis”
securities yang dikeluarkan. Sebagaimana diuraikan dimuka masalah struktur
modal adalah erat berhubungan dengan masalah kapitalisasi, di mana susunan dari
jenis- jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah merupakan struktur
modalnya”.
Sedangkan menurut Hendra .S.
Raharjaputra (2009, hal.212) menyatakan
bahwa :
“Struktur
modal perusahaan merupakan campuran atau proporosi antara utang jangka panjang
dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasinya (operating assets). Komposisi dari utang jangka panjang (long term debt), saham preferen (preffered stock), dan saham umum (common stock capital) merupakan struktur
modal yang akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu akan
menjadi perhatian utama dalam menentukan keputusan investasi”.
Dengan demikian struktur modal
memiliki beberapa unsur penting yang dapat diambil berdasarkan pendapat di
atas, yaitu (1) bahwa modal yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari perimbangan
antara modal sendiri dengan modal asing, (2) sehingga dapat dikatakan merupakan
cerminan keseluruhan pasiva dalam neraca dan (3) masalah penting dalam
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara langsung
berakibat terhadap keuangan perusahaan.
Struktur atau komposisi modal harus
diatur sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitas finansial perusahaan,
memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari
tiap-tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal
dalam pesahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan
terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Suad Husna dan Enny (2012,
hal.279) menyatakan bahwa “Teori struktur modal mencoba menjelaskan apakah
perubahan komposisi pendanaan akan mempengaruhi nilai perusahaan apabila
keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan”.
Sedangkan Menurut Darmawan Sjahrial
(2008 :179), bahwa teori struktur modal dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1)
Pendekatan Laba Bersih (Net Income
Approach)
2)
Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net
Operating Income Approach)
3)
Pendekatan Tradisional
Dari teori di atas maka dapat
dijelaskan teori sturuktur modal sebagai berikut :
1)
Pendekatan Laba Bersih
(Net Income Approach)
Pendekatan
laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba
perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula.
Karena tingkat kapitalisasi dan biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah
hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin
kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar.
2)
Pendekatan Laba Operasi
Bersih (Net Operating Income Approach)
Pendekatan
laba operasi bersih berlawanan dengan pendekatan laba bersih, karena menurut
laba operasi bersih, biaya hutang bersifat tetap atau tidak berubah walaupun leverage
bertambah. Dalam pendekatan laba operasi diasumsikan bahwa investor akan
meminta premi karena adanya resiko keuangan akibat adanya penambahan leverage
sehingga mengakibatkan tingkat kapitalisasi akan naik secara proporsional
dengan kenaikan leverage. Artinya penambahan hutang karena biayanya
murah dan pengurangan saham karena biayanya mahal tidak berpengaruh terhadap
biaya modal rata-rata tertimbang, walaupun ada efek yang menguntungkan dalam
penambahan hutang akan tetapi akan diimbangi oleh kenaikan tingat kapitalisasi.
Nilai total perusahaan tidak berubah walaupun adanya tambahan leverage sehingga
dalam pendekatan ini dapat dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal,
berapapun penggunaan leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan.
3)
Pendekatan Tradisional
Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa tingkat leverage tertentu, resiko perusahaan
tidak mengalami perubahan. Sehingga baik biaya modal sendiri maupun biaya
hutang relatif konstan. Namun, demikian setelah leverage rasio hutang
tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya
modal sendiri ini akan semakin besar bahkan akan lebih besar daripada penurunan
biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya, biaya modal
rata-rata tertimbang yang pada awalnya menurun, setelah leverage tertentu
akan meningkat.
Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula
meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin
besar. Dengan demikian menurut pendekatan ini, terdapat struktur modal optimal
untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai
perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal
rata-rata tertimbang minimum.
Sementara itu dalam Pecking
Order Theory, yang mana
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf dalam Suad Husnan dan Pudjiastuti
(2011, hal.278). Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh
perusahaan yang berbeda dengan pemikiran teori struktur modal yang telah
dibahas. Teori ini menyatakan bahwa:
1)
Perusahaan menyukai pendanaan internal
2)
Perusahaan akan berusaha menyesuaikan
rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya
untuk tidak melakukan peruabahab pembayaran dividen yang terlalu besar.
3)
Pembayaran deviden cenderung konstan dan
dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang
berlebihan ataupun kurang untuk investasi.
4)
Apabila pendanaan eksternal diperlukan,
maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu.
Penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversika menjadi modal
sendiri, baru akhirnya diterbitkan.
Pecking order theory menjelaskan
mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam
jumlah sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai target
debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing
yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (a) dana intenal
tidak cukup dan (b) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
Sehingga dari pengertian - pengertian
yang telah di paparkan di atas maka dapat di tarik kesimpulan tentang struktur
modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri atau disebut (long – term debt to equity ratio atau leverage) Keuangan
yang digunakan perusahaan dalam mencapai stabilitas finansial dan kelangsungan
hidup perusahaan.
Struktur modal perusahaan biasa
diukur dengan menggunakan Debt to Asset, Long-term Debt to Equity dan Debt
to Equity Ratio. Dimana debt to asset merupakan pembagian antara
hutang dengan total aktiva sedangkan long-term debt to equity merupakan
pembagian antara utang jangka panjang dengan total modal. Namun dalam
penelitian ini peneliti hanya menggunakan debt to equity ratio.
b.
Jenis-Jenis Struktur Modal
Struktur modal perusahaan biasa
dirumuskan dalam rasio leverage ataupun rasio solvabilitas tergantung pada
jenis perusahaan yang menggunakannya. Jenis rasio yang biasa digunakan oleh
perusahaan seperti, Debt to Asset, Long-term Debt to Equity dan Debt
to Equity Ratio. Dimana debt to asset merupakan pembagian antara
hutang dengan total aktiva, long-term debt to equity merupakan pembagian
antara utang jangka panjang dengan total ekuitas. Sedangkan debt to equity
ratio merupakan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas.
Menurut
Herry (2012, hal.23) menyatakan bahwa Rasio Struktur modal adalah sebagai
berikut :
1)
Rasio utang terhadap ekuitas
2)
Rasio utang jangka panjang terhadap
ekuitas
3)
Times
Interest Earned Ratio
Dari ketiga jenis rasio tersebut
dapat dijelaskan bahwa :
1)
Rasio utang terhadap
ekuitas
Rasio
utang terhadap ekuitas atau sering disebut dengan debt to equity ratio (DER) merupakan perbandiangan antara total
utang dengaan total ekuitas.
2)
Rasio utang jangka
panjang terhadap ekuitas
Rasio
utang jangka panjang terhadap ekuitas atau biasadisebut dengan long-term
debt to equity (LTDER).
3)
Time
interest earned ratio
Rasio
ini merupakan rasio yang membandingkan Earning
Before Interest and Tax (EBIT) terhadap beban bunga.
Sedangkan menurut Syafrida Hani
(2015, hal,123) menyatakan bahwa rasio leverage atau struktur modal dapat
diukur dengan :
1)
Debt
to Total Assets Ratio
2)
Debt
to Equity Ratio
3)
Times
Interest Earned Ratio
4)
Capital
Adequacy Ratio
5)
Capital
Information
Dari rasio-rasio diatas maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1)
Debt
to Total Assets Ratio (DAR)
DAR yaitu rasio yang menghitung berapa bagian
dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan utang.
2)
Debt
to Equity Ratio (DER)
DER menunjukan berapa bagian dari setiap
perusahaan dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutangnya.
3)
Times
Interest Earned Ratio
Rasio
ini untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang tanpa adanya
kesulitan keuangan perusahaan tidak mampu membayar bunga.
4)
Capital
Adequacy Ratio (CAR)
CAR
dikenal juga sebagai rasio kecukupan modal. Rasio ini menunjukan kecukupan
modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi
industry-industri yang dibawah pengawasan pemerintah seperti Bank dan Asuransi.
5)
Capital
Information
Rasio
ini mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan (khusus Bank) sehingga dapat
bertahan tanpa merusak Capital Adequacy
Ratio.
Dari penjelasan dari teori diatas maka dapat
disimpulkan bahwa jenis-jenis Struktur modal sebagai berikut :
1)
Debt
to Total Assets Ratio
2)
Debt
to Equity Ratio
3)
Times
Interest Earned Ratio
c. Manfaat Struktur Modal
Dalam penjelasan diatas, struktur
modal memiliki posisi yang sangat penting bagi perusahaan. Sebab dengan
mengetahui komposisi struktur modal yang tepat perusahaan dapat terhindar dari
pada risiko-risiko yang dapat membuat perusahaan mengalami penurunan dalam
pencapaian tujuannya. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau
modal pinjaman akan memberikan dampak tentunya bagi perusahaan. Pengaturan
rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna menghadapi
segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua keputusan tergantung dari
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Bambang Riyanto (2010,
hal,293) menyatakan “Struktur modal yang optimal apabila suatu perusahaan dalam
memenuhi dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan
akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar”.
Menurut Kasmir (2012, hal,154)
menyatakan bahwa manfaat rasio Solvbilitas atau leverage sebagai berikut :
1.
Untuk mengenalisis kemampuan posisi
perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnnya.
2.
Untuk menganalisis kemampuan perusahaan
memenuhui kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk
bunga)
3.
Untuk menganalisis keseimbangan anatara
nialai aktiva khusus nya aktiva tetap
4.
Untuk menganalisis seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang.
5.
Untuk menganalisis seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolahan aktiva
6.
Untuk menganalisis atau mengukur berapa
bagian dari tiaprupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang
7.
Untuk menganalisis berapa dana pinjaman
yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Maka dapat disimpulkan bahwa Struktur Modal dapat memanfaatkan
hubungan yang dibangun melalui hubungan fungsi struktur modal yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Besarnya komposisi struktur modal juga dapat
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan mampu mengolah struktur modal yang
optimal dengan mempertimbangkan rata- rata biaya modal yang efesien.
d. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Sturuktur modal memberikan
informasi kepada perusahaan tentang Investasi perusahaan yang dibiayai dengan
hutang. Banyak faktor yang mempengaruhi Struktur modal seperti tingkat
penualan, struktur aktiva, pajak dan lain-lain.
Menurut Brigham dan Houston (2011,
hal.188), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat dibedakan
menjadi :
1)
Stabilitas penjualan
2)
Struktur asset
3)
Levarege operasi
4)
Tingkat pertumbuhan
5)
Profitabilitas
6)
Pajak
7)
Kendali
8)
Sikap manajemen
9)
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga
pemeringkat
10)
Kondisi pasar
11)
Kondisi internal perusahaan
12) Fleksibelitas
keuangan
Dari teori diatas maka dapat
dijelaskan faktor-faktor dari struktur modal sebagai berikut sebagai berikut :
1)
Stabilitas penjualan
Sutau
perusahaan yang penjualannya realtif stabil dapat secara amaan mengambil utang
dalam jumluah
yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2)
Struktur asset
Perusahaan
yang asetnya memadai untuk dibangunkan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan
utang. Asset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk asset dengan tujuan khusus.
3)
Leverage
operasi
Jika
hal yang lainnya dianggap sama, perusahaan dengan Leverage operasi yang lebih rendah akan mampu menerapkan Leverage keuangan karena perusahaan
tersebut akan memeliki resiko usaha yang lebih rendah.
4)
Tingkat pertumbuhan
Perusahaan
yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal
eksternal. Selain itu biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa
akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual utang,
mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan
diri pada utang.
5)
Profitabilitas
Sering
sekali diamati bahwa perusahaan dengan tingakat pengembalian atas investasi
yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relative
sedikit.
6)
Pajak
Bunga
merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tariff
pajak yang tinggi. Jadi makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin
besar keunggulan utang.
7)
Kendali
Pengaruh
utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan dapat
mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali suara
(lebih dari 50 persen saham) tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli
saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai
pendanaan baru. Jadi pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik
itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang memeberikan perlindungan
terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.
8)
Sikap manajemen
Manajemen
dapat melaksanakan pertimbangan sendiri tentang struktur modal yang tepat.
Manajemen yang konservatif menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil
dibandingkan dengan manajemen yang agresif yang menggunkan lebih banyak utang.
9)
Sikap pemberi pinjaman
Analisis
manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan diakui
keberadaannya, namun seringkali sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai
kredibilitas mempengaruhi keputusan struktur keuangan perusahaan. Ini artinya
bahwa perusahaan membicarakan struktur keuangan dengan pemberi pinjaman dan
perusahaan penilai kredibilitas serta saran yang diterima akan sangat
diperhatikan dan digunakan oleh perusahaan.
10)
Kondisi pasar
Keadaan
pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang
konjungtur. Apabila gelombang konjungtur meninggi, maka akan lebih tertarik
untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Oleh karena itu seharusnya bila
perusahaan ingin mengeluarkan atau menjual sekuritasnya haruslah selalu
meyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
11)
Kondisi internal
perusahaan
Kondisi
internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.
Artinya adalah bahwa perusahaan akan memilih kondisi yang tepat untuk
pembiayaan perusahaan apakah melakukan pendanaan dari dalam atau luar
perusahaan.
12)
Fleksibelitas keuangan
Sebagai manajer pendanaan yang baik
adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung
operasional perusahaan.
Sedangkan
menurut Bambang Riyanto (2010, hal.297) strutur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor- faktor yang utama ialah
1) Tingkat Bunga
2) Stabilitas dari “earning”
3) Susunan dari Aktiva
4) Kadar Resiko dari Aktiva.
5) Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan.
6) Keadaan pasar modal
7) Sifat Manajemen
8)
Besarnya suatu Perusahaan
Dari
teori diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah
sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.Tingkat bunga
akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah
perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. Sebagaimana diuraikan dimuka
bahwa penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah
dari pada “earning power” dari tambahan modal tesebut.
2)
Stabilitas dari “earning”
Stabilitas dan besarnya earning yang stabil akan selalu dapat
memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai “earning” tidak stabil “unpredictable”
akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat
membayar angsuran- angsuran utangnya pada tahu-tahun atau keadaan yang buruk.
3)
Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan industry dimasa sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya
dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya
adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur
finansiil konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal
sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva
lain yang sifatnya permanen.
4)
Kadar Resiko dari Aktiva.
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan
adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam
perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangannya dan kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang tidak ada henti- hentinya, dalam artian ekonomis
dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis
masih dapat digunakan.
5)
Besarnya Jumlah Modal yang
dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh
tehadap jenis modal yang akan ditarik.Apabila jumlah modal yang dibutuhkan
sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan
beberapa golongan securities secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan
yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu
golongan securities saja.
6)
Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena
adanya gelombang konjungtor. Pada umunya apabila gelombang meninggi para
investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubungan
dengan itu maka perusahaan dalam rangka usaha untuk mengeluarkan atau menjual
securities haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7)
Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsungdalm pengambilan
keputusan mengenail cara pemenuhan kebutuhan dana.
8)
Besarnya suatu Perusahaan
Suatu Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas,
setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya
hanya tersebar dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kehilangannya kontrol pihak dominan
terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan
yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan
saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan di
bandingkan dengan perusahaan yang kecil.
Dari kedua teori diatas, dapat disimpulkan
bahwa faktor- faktor yang paling utama dalam mempengaruhi struktur modal adalah
sebagai berikut :
1)
Tingkat penjualan
2)
Struktur Asset
3)
Tingkat pertumbuhan
4)
Profitabilitas
5)
Pajak
6)
Kondisi intern perusahaan.
7)
Kondisi pasar