Sabtu, 29 Oktober 2016

TEORI LIKUIDITAS

TEORI LIKUIDITAS



a.      Pengertian Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknnbya. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber -sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukkan sampai mana perusahaan itu memegang resiko. Pengertian lain adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
Menurut Bambang Riyanto (2010, hal.25)menyatakan bahwa :
“likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan”.
Menurut Syafrida hani, (2015, hal.121) menyatakan bahwa :
“likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara spesifik likuiditas mencerminkan ketersedian dana yang dimiliki perusahaan guna memenuhi semua hutang yang akan jatuh tempo”.
Sedangkan menurut Rambe, dkk. (2015, hal. 49) menyatakan bahwa,
“rasio likuiditas merupakan rasio  yang mengukur kemapuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya atau Current liabilities... Dengan menghubungkan jumlah kas dam aktiva lancar lain dengan kewajiban jangka pendek bisa memberikan ukuran yang mudah dan cepat dipergunakan dalam mengukur likuiditas. Dua ratio likuiditas yang umum di pergunakan, yaitu current ratio dan quick ratio”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi pada saat ditagih untuk mempertahankan likuiditasnya. Hal ini akan berdampak positif terhadap kelangsungan perusahaan.
b.      Jenis-jenis Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian kewajiban lancar pada perusahaan. Likuiditas umumnya diukur dengan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang disebut rasio lancar atau current ratio. Namun tidak semua perusahaan yang menggunakan rasio tersebut. sebab rasio likuiditas memiliki beberapa alat ukur, seperti Quick ratio, Cash ratio ataupun ratio likuiditas lainnya.
Menururut Syafri Harahap (2013, hal.301) menyatakan bahwa rasio-rasio untuk mengukur likuiditas adalah :
1)      Rasio lancar
2)      Rasio cepat
3)      Rasio kas atas aktiva
4)      Rasio kas atas utang lancar
5)      Ratio aktiva lancar  total aktiva
6)      Ratio aktiva lancar dan total hutang
Dari  jenis-jenis rasio diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Rasio lancar
Rasio lancar merupakan rasio yang menunjujkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar, rasio ini juga sering diseburt dengan Current ratio.
Aktiva lancar dalam rumus tersebut dapat juga disebut dengan Current Asset. Sedangkan uttang lancar pada rumus diatas dapat juga disebut dengan Current liablities.
2)      Rasio cepat
Rasio ini menunjukan rasio menunjukan kemampuan aktiva lanca yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rasio cepat biasa dikenal dengan istilah Quick Ratio,untuk Aktival lancar pada rumus tersebut dapat juga disebut sebagai Current Asset, persedian sendiri dapat juga disebut dengan Inventory. Sedangkan Utang lancar dapat disebut dengan Current liabilities.
3)      Rasio kas atas aktiva
Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas atau dapat juga disebut Cash dalam aktiva lancar, istila lain dari pada rasio ini adalah Cash to Current Asset Ratio.
4)      Rasio kas atas utang lancar
Rasio ini menunjukan porsi kas dalam menutupi utang lancarnya. Berikut rumus atas rasio ini.
5)      Rasio aktiva lancar dan total aktiva
Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar dalam total aktiva. Rasio ini juga sering disebut dengan Cash Ratio.
Aktiva lancar dalam rumus diatas dapat disebut dengan Current Asset. Sedangkan untuk total aktiva dapat juga disebut dengan Total Asset.
6)      Ratio aktiva lancar dan total utang
Ratio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas hutang. Rasio ini dapat juga disebut dengan Current Asset to Total liabilities.
Aktiva lancar dapat diartikan dengan Current Asset. Sedangkan Total huutang dapat juga disebut Current liablities.
Sedangkan menurut Syafrida Hani (2015, hal,122) menyatakan bahwa likuiditas dapat diukur menggunakan rasio-rasio, yaitu :
1)      Current ratio
2)      Quick ratio
3)      Cash ratio
Dari tiga rasio likuiditas diatas penjelasannya sebagai berikut:
1)      Current ratio
Current ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuidtas yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
2)      Quick ratio
Quick ratio merupakan alat ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar gutang yang segera harus di penuhi dengan aktiva lancar yang likuid.
3)      Cash ratio
Cash ratio  merupakan alat ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan sejumlah kas yang dimiliki perusahaan.
Dari teori diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa jenis-jenis rasio likuiditas yaitu Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick Ratio. Namun dalam penelitian ini Peneliti hanya menggunakan Current Ratio sebagai alat ukur dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan.
c.       Manfaat Likuiditas
Rasio Likuiditas  mempunyai manfaat besar bagi perusahaan, yang menyebabkan rasio ini paling sering di pakai perusahaan dan rasio ini tidak ada ketentuan yang mutlak tentang berapa tingkat yang di anggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat rasio ini juga sangat tergantung kepada jenis usaha dari masing- masing perusahaan.
Menurut S. Munawir (2007, hal.71) menyatakan bahwa:
“rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginter-pretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi management untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Juga penting bagi kresitor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak- tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang”.
Menurut Kasmir (2012, hal.132) adapun tujuan dan manfaat dari Rasio likuiditas yaitu, sebagai berikut :
1)          Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utaang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2)          Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban  jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3)          Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
4)          Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5)          Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6)          Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7)          Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8)          Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan dari masing- masing komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar.
9)          Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Dari kedua teori diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat utama dari likuiditas yaitu sebagai berikut :
1)      Sebagai alat pemicu perusahaan dalam memperbaiki kinerja.
2)      Dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
3)       Membantu managemen dalam mengecek efifiensi modal kerja.
4)      Agar dapat menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek.
d.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang segera dibayar. Alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aktiva yang bersifat likuid, yakni aktiva lancar dengan perputaran kurang dari satu tahun, karena lebih mudah dicairkan daripada ktiva tetap yang perputarannya lebih dari satu tahun.
Menurut syafrida Hani (2015, hal,121) menyatakan bahwa :
“faktor-faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas adalah unsur pembentuk likuiditas itu sendiri yakni bagian dari aktiva lancar dan kewajiban lancar, termasuk perputaran kas, dan arus kas operasi, ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh (growth opportunities), keragaman arus kas operasi, rasio utang atau struktur utang.”
Menurut S. Munawir (2007, hal.77) menyatakan bahwa analisis current ratio harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
1)      Distribusi atau proporsi dari pada aktiva lancer
2)      Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar
3)      Syarat yang diberikan oleh Kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun syarat kreadit yang diberikan oleh perusahaan.
4)      Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo pihutang yang cukup besar tetapi pihutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan.
5)      Kemungkinan perubahan aktiva lancar
6)      Perubahan persedian dalam hubungannya dengan volume penjualan sekarang atau dimasa yang akan datang, yang mungkin adanya over invesment dalam persedian
7)      Kebutuhan jumlah modal kerja
8)      Type atau jenis perusahaan.

STRUKTUR AKTIVA

STRUKTUR AKTIVA

           a.      Pengertian Struktur Aktiva
Struktur aktiva pada penelitian ini diproyeksikan oleh Fixed Asset (FA) atau aktiva tetap yang dijadikan jaminan untuk memenuhi kebutuhan Perusahaan. Struktur aktiva menggambarkan proporsi antara aktiva total aktiva dengan aktiva tetap perusahaan. Sebab perusahaan yang memiliki aktiva tetap yag besar akan lebih mudah mendapatkan modal dari luar perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (2010, hal,22) menyatakan “struktur kekayaan ialah perimbangan baik dalam artian absolute maupun dalam artian relative anatara aktiva lancar dan aktiva tetap.
 Sedangkan menurut Suad Husnan  Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012, hal.6) menyatakan bahwa “keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi  struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap”.
Dari teori diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan Struktur aktiva adalah Struktur Aset mengambarkan proporsi atau perbandingan antara total aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dengan total aktiva perusahaan.

b.      Jenis-jenis Aktiva
Aktiva adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan merupakan sumber daya yang dimiliki bertujuan untuk menghasilkan profit, yang diklarifikasikn menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Menurut Rambe, dkk. (2015, hal.42) menyatkan bahwa “aktiva dapat diklarifikasikan menjadi dua yaitu Aktiva lancar dan aktiva tidak lancar”
Dari dua pengelompokan tersebut dapat dijelaskan sebaga berikut.
1)      Aktiva lancar
Yaitu, uang kas dan lainnya yang dapt diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai. Pos-pos yang termasuk dalam aktiva lancar adalah : kas, surat-surat berharga, piutang dagang, piutang wesel, penghasilan yang masih harus diterima, dan biaya dibayar dimuka.
2)      Aktiva tidak lancar
Yaitu, aktiva yang mempunyai masa penggunaan yang relative panjang dalam arti tidak akan habis dipakai dalam satu tahun dan tidak dapat dengan segera dijadikan kas. Aktiva tidak lancar ada yang berbentuk aktiva berwujud dan tak berwujud. Pos-pos yang termasuk dalam aktiva ini adalah ; Investasi, aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva lainnya.
Sedangkan menurut Kasmir (2012, hal.39) menyatakn bahwa “klarifikasi aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya”.
Dari beberapa klarifikasi aktiva tersebut penjelasnnya sebagai berikut ;
1)      Aktiva Lancar
Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang dapat segera diuangkan pada saat dibutuhkan dn palingg lama satu tahun, dan merupakan aktiva paling likuid dibandingkan jenis aktiva lain. Komponen yang dari aktiva lancar antara lain kas, surat-surat berhaga, piutang, persedian, dan sewa dibayar dimuka.
2)      Aktiva tetap
Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun.  Aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu aktiva berwujud seperti : tanah, bangunan, mesin, kendaraan. dan aktiva tak berwujud seperti hak paten, merek dagang, goodwill dan lainnya.
3)      Aktiva lainnya
Aktiva lainnya merupakan harta atau kekayaan yang tidak dapat digolongkan ke dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Komponen yang ada dalam aktiva lainnya adalah bangunan dalam proses, piutang jangka panjang, tanah dalam penyelesaian dan lainnya.
Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis aktiva atau kekayaan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

c.       Manfaat Struktur Aktiva
Struktur aktiva memiliki manfaat besar pada suatu perusahaan. Sebab semakin besar aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin tinggi jumlah pendanaan yang didapat dari luar perusahaan, hal ini disebab jumlah aktiva yang relative besar dapat menjadi jaminan
Menurut Agus Sartono (2010, hal.248), menyatakan bahwa :
“Perusahaan yang memiliki aset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan utang perusahaan”.
Sedangkan menurut Dermawan Sjahrial (2008, hal. 205) menyatakan bahwa :
“Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini di sebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil”.
Dari teori-teori diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat dari struktur modal adalah Sebagai jaminan dalam melakukan pinjaman dan sumber kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya.
 
d.      Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Aktiva
Struktur Aktiva merupakan cerminan kekayaan yang dimiliki perusahaan ini semua dapat dilihat baik dari aktiva lancar maupun hutang lancar. Namun Struktur aktiva lebih menilai kepada seberapa besar aktiva tetap perusahaan dalam mendominasi komposisi kekayaan atau asset Perusahaan. Sehinnga diartikan bahwa faktor-faktor yang membentuk aktiva tetap akan mempengaruhi seberapa besar Struktur aktiva Perusahaan.
Adapun faktor-faktor pembentuk aktiva tetap menurut Hery (2012, hal.118) menyatakan bahwa ;
“dalam beberapa kasus, perusahaan juga dapat melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap, seperti tanah, yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk digunakan dalam kegiatan operasi bisnis, malainkan untuk tujuan spekulasi(investasi)”.
Sedangkan menurut Suad Husnan  Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012, hal.6) menyatakan bahwa ;
“dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan.kala kegiatan memperoleh dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva financial (seperti saham dan obligasi). Maka kegiatan menanamkan dana mengakibatkan perusahaan memiliki aktiva riil (seperti tanah, mesin, persedian, merk dagang dan sebagainya)”
Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur aktiva adalah tergantung dari kegiatan dan aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
e.       Pengukuraan Struktur Aktiva
Struktur aktiva (Assets Tangibility) dalam penelitian ini, menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan total aktiva, sebagai proxy dari struktur aktiva.
Brigham dan Houston (2011, hal,188) menyatakan bahwa  : 
“Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang".

TEORI STRUKTUR MODAL

TEORI STRUKTUR MODAL

   a.    Pengertian Struktur modal
Salah satu hal yang penting dalam perusahaan adalah hal yang berkaitan dengan dana adalah modal. Modal merupakan hal yang utama dalam pertumbuhan suatu perusahaan sebab semakin besar modal mempengaruhi besarnya operasional perusahaan yang mana juga mempengaruhi tingkat penjualan. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya di antara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Komposisi hutang dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya
Menurut Agus Sartono (2010, hal.224) menyatakan bahwa : “Struktur modal adalah merupakan Perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham Preferen dan saham biasa”.
Menurut Bambang Riyanto (2010, hal.297) menyatakan bahwa :
“Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis” securities yang dikeluarkan. Sebagaimana diuraikan dimuka masalah struktur modal adalah erat berhubungan dengan masalah kapitalisasi, di mana susunan dari jenis- jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah merupakan struktur modalnya”.

Sedangkan menurut Hendra .S. Raharjaputra (2009,  hal.212) menyatakan bahwa :
“Struktur modal perusahaan merupakan campuran atau proporosi antara utang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasinya (operating assets). Komposisi dari utang jangka panjang (long term debt), saham preferen (preffered stock), dan saham umum (common stock capital) merupakan struktur modal yang akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu akan menjadi perhatian utama dalam menentukan keputusan investasi”.

Dengan demikian struktur modal memiliki beberapa unsur penting yang dapat diambil berdasarkan pendapat di atas, yaitu (1) bahwa modal yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari perimbangan antara modal sendiri dengan modal asing, (2) sehingga dapat dikatakan merupakan cerminan keseluruhan pasiva dalam neraca dan (3) masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara langsung berakibat terhadap keuangan perusahaan.
Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitas finansial perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam pesahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Suad Husna dan Enny (2012, hal.279) menyatakan bahwa “Teori struktur modal mencoba menjelaskan apakah perubahan komposisi pendanaan akan mempengaruhi nilai perusahaan apabila keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan”.
Sedangkan Menurut Darmawan Sjahrial (2008 :179), bahwa teori struktur modal dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1)      Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
2)      Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach)
3)      Pendekatan Tradisional
Dari teori di atas maka dapat dijelaskan teori sturuktur modal sebagai berikut :
1)      Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar.
2)      Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach)
Pendekatan laba operasi bersih berlawanan dengan pendekatan laba bersih, karena menurut laba operasi bersih, biaya hutang bersifat tetap atau tidak berubah walaupun leverage bertambah. Dalam pendekatan laba operasi diasumsikan bahwa investor akan meminta premi karena adanya resiko keuangan akibat adanya penambahan leverage sehingga mengakibatkan tingkat kapitalisasi akan naik secara proporsional dengan kenaikan leverage. Artinya penambahan hutang karena biayanya murah dan pengurangan saham karena biayanya mahal tidak berpengaruh terhadap biaya modal rata-rata tertimbang, walaupun ada efek yang menguntungkan dalam penambahan hutang akan tetapi akan diimbangi oleh kenaikan tingat kapitalisasi. Nilai total perusahaan tidak berubah walaupun adanya tambahan leverage sehingga dalam pendekatan ini dapat dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal, berapapun penggunaan leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan.
3)      Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa tingkat leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik biaya modal sendiri maupun biaya hutang relatif konstan. Namun, demikian setelah leverage rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya, biaya modal rata-rata tertimbang yang pada awalnya menurun, setelah leverage tertentu akan meningkat.
Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan ini, terdapat struktur modal optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
Sementara itu dalam Pecking Order Theory, yang mana Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf dalam Suad Husnan dan Pudjiastuti (2011, hal.278). Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda dengan pemikiran teori struktur modal yang telah dibahas. Teori ini menyatakan bahwa:
1)      Perusahaan menyukai pendanaan internal
2)      Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan peruabahab pembayaran dividen yang terlalu besar.
3)      Pembayaran deviden cenderung konstan dan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebihan ataupun kurang untuk investasi.
4)      Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversika menjadi modal sendiri, baru akhirnya diterbitkan.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (a) dana intenal tidak cukup dan (b) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
Sehingga dari pengertian - pengertian yang telah di paparkan di atas maka dapat di tarik kesimpulan tentang struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau disebut (long – term debt to equity ratio atau leverage) Keuangan yang digunakan perusahaan dalam mencapai stabilitas finansial dan kelangsungan hidup perusahaan.
Struktur modal perusahaan biasa diukur dengan menggunakan Debt to Asset, Long-term Debt to Equity dan Debt to Equity Ratio. Dimana debt to asset merupakan pembagian antara hutang dengan total aktiva sedangkan long-term debt to equity merupakan pembagian antara utang jangka panjang dengan total modal. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan debt to equity ratio.
b.      Jenis-Jenis Struktur Modal
Struktur modal perusahaan biasa dirumuskan dalam rasio leverage ataupun rasio solvabilitas tergantung pada jenis perusahaan yang menggunakannya. Jenis rasio yang biasa digunakan oleh perusahaan seperti, Debt to Asset, Long-term Debt to Equity dan Debt to Equity Ratio. Dimana debt to asset merupakan pembagian antara hutang dengan total aktiva, long-term debt to equity merupakan pembagian antara utang jangka panjang dengan total ekuitas. Sedangkan debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas.
Menurut Herry (2012, hal.23) menyatakan bahwa Rasio Struktur modal adalah sebagai berikut :
1)      Rasio utang terhadap ekuitas
2)      Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas
3)      Times Interest Earned Ratio
Dari ketiga jenis rasio tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1)      Rasio utang terhadap ekuitas
Rasio utang terhadap ekuitas atau sering disebut dengan debt to equity ratio (DER) merupakan perbandiangan antara total utang dengaan total ekuitas.
2)      Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas
Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas atau biasadisebut dengan long-term debt to equity (LTDER).
3)      Time interest earned ratio
Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan Earning Before Interest and Tax (EBIT) terhadap beban bunga.
Sedangkan menurut Syafrida Hani (2015, hal,123) menyatakan bahwa rasio leverage atau struktur modal dapat diukur dengan :
1)      Debt to Total Assets Ratio
2)      Debt to Equity Ratio
3)      Times Interest Earned Ratio
4)      Capital Adequacy Ratio
5)      Capital Information
Dari rasio-rasio diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Debt to Total Assets Ratio (DAR)
DAR  yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan utang.
2)      Debt to Equity Ratio (DER)
DER  menunjukan berapa bagian dari setiap perusahaan dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutangnya.
3)      Times Interest Earned Ratio
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang tanpa adanya kesulitan keuangan perusahaan tidak mampu membayar bunga.
4)      Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR dikenal juga sebagai rasio kecukupan modal. Rasio ini menunjukan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industry-industri yang dibawah pengawasan pemerintah seperti Bank dan Asuransi.
5)      Capital Information
Rasio ini mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan (khusus Bank) sehingga dapat bertahan tanpa merusak Capital Adequacy Ratio.
Dari penjelasan dari teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis Struktur modal sebagai berikut :
1)      Debt to Total Assets Ratio
2)      Debt to Equity Ratio
3)      Times Interest Earned Ratio
c.       Manfaat Struktur Modal
Dalam penjelasan diatas, struktur modal memiliki posisi yang sangat penting bagi perusahaan. Sebab dengan mengetahui komposisi struktur modal yang tepat perusahaan dapat terhindar dari pada risiko-risiko yang dapat membuat perusahaan mengalami penurunan dalam pencapaian tujuannya. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau modal pinjaman akan memberikan dampak tentunya bagi perusahaan. Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua keputusan tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Bambang Riyanto (2010, hal,293) menyatakan “Struktur modal yang optimal apabila suatu perusahaan dalam memenuhi dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar”.
Menurut Kasmir (2012, hal,154) menyatakan bahwa manfaat rasio Solvbilitas atau leverage sebagai berikut :
1.      Untuk mengenalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnnya.
2.      Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhui kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
3.      Untuk menganalisis keseimbangan anatara nialai aktiva khusus nya aktiva tetap
4.      Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5.       Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolahan aktiva
6.      Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari tiaprupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
7.      Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa Struktur Modal dapat memanfaatkan hubungan yang dibangun melalui hubungan fungsi struktur modal yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya komposisi struktur modal juga dapat mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan mampu mengolah struktur modal yang optimal dengan mempertimbangkan rata- rata biaya modal yang efesien.
d.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Sturuktur modal memberikan informasi kepada perusahaan tentang Investasi perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Banyak faktor yang mempengaruhi Struktur modal seperti tingkat penualan, struktur aktiva, pajak dan lain-lain.
Menurut Brigham dan Houston (2011, hal.188), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat dibedakan menjadi :
1)      Stabilitas penjualan
2)      Struktur asset
3)      Levarege operasi
4)      Tingkat pertumbuhan
5)      Profitabilitas
6)      Pajak
7)      Kendali
8)      Sikap manajemen
9)      Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat
10)  Kondisi pasar
11)  Kondisi internal perusahaan
12)  Fleksibelitas keuangan
Dari teori diatas maka dapat dijelaskan faktor-faktor dari struktur modal sebagai berikut sebagai berikut :
1)      Stabilitas penjualan
Sutau perusahaan yang penjualannya realtif stabil dapat secara amaan mengambil utang dalam jumluah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2)      Struktur asset
Perusahaan yang asetnya memadai untuk dibangunkan sebagai jaminan pinjaman  cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Asset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk asset dengan tujuan khusus.
3)      Leverage operasi
Jika hal yang lainnya dianggap sama, perusahaan dengan Leverage operasi yang lebih rendah akan mampu menerapkan Leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memeliki resiko usaha yang lebih rendah.
4)      Tingkat pertumbuhan
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang. 
5)      Profitabilitas
Sering sekali diamati bahwa perusahaan dengan tingakat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relative sedikit.
6)      Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini  lebih bernilai bagi perusahaan dengan tariff pajak yang tinggi. Jadi makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan utang.
7)      Kendali
Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali suara (lebih dari 50 persen saham) tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan baru. Jadi pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang memeberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.
8)      Sikap manajemen
Manajemen dapat melaksanakan pertimbangan sendiri tentang struktur modal yang tepat. Manajemen yang konservatif menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan manajemen yang agresif yang menggunkan lebih banyak utang.
9)      Sikap pemberi pinjaman
Analisis manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan diakui keberadaannya, namun seringkali sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas mempengaruhi keputusan struktur keuangan perusahaan. Ini artinya bahwa perusahaan membicarakan struktur keuangan dengan pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas serta saran yang diterima akan sangat diperhatikan dan digunakan oleh perusahaan.
10)  Kondisi pasar
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Apabila gelombang konjungtur meninggi, maka akan lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Oleh karena itu seharusnya bila perusahaan ingin mengeluarkan atau menjual sekuritasnya haruslah selalu meyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
11)  Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Artinya adalah bahwa perusahaan akan memilih kondisi yang tepat untuk pembiayaan perusahaan apakah melakukan pendanaan dari dalam atau luar perusahaan.
12)  Fleksibelitas keuangan
Sebagai manajer pendanaan yang baik adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasional perusahaan.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010, hal.297) strutur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor- faktor yang utama ialah
1)      Tingkat Bunga
2)      Stabilitas dari “earning”
3)      Susunan dari Aktiva
4)      Kadar Resiko dari Aktiva.
5)      Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan.
6)      Keadaan pasar modal
7)      Sifat Manajemen
8)      Besarnya suatu Perusahaan
Dari teori diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. Sebagaimana diuraikan dimuka bahwa penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah dari pada “earning power” dari tambahan modal tesebut.
2)      Stabilitas dari “earning”
Stabilitas dan besarnya earning yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai “earning” tidak stabil “unpredictable” akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat membayar angsuran- angsuran utangnya pada tahu-tahun atau keadaan yang buruk.
3)      Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan industry dimasa sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen.
4)      Kadar Resiko dari Aktiva.
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangannya dan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tidak ada henti- hentinya, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.
5)      Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh tehadap jenis modal yang akan ditarik.Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan securities secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja.
6)      Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtor. Pada umunya apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubungan dengan itu maka perusahaan dalam rangka usaha untuk mengeluarkan atau menjual securities haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7)      Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsungdalm pengambilan keputusan mengenail cara pemenuhan kebutuhan dana.
8)      Besarnya suatu Perusahaan
Suatu Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kehilangannya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan di bandingkan dengan perusahaan yang kecil.
Dari kedua teori diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang paling utama dalam mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut :
1)      Tingkat penjualan
2)      Struktur Asset
3)      Tingkat pertumbuhan
4)      Profitabilitas
5)      Pajak
6)      Kondisi intern perusahaan.
7)      Kondisi pasar